Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah pada Manusia

Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah pada Manusia

Amongguru.com. Darah pada tubuh manusia berfungsi untuk mengangkut nutrisi, oksigen, hormon, dan senyawa kimia lain ke seluruh sel-sel tubuh.

Darah juga berfungsi mengangkut karbon dioksida dan sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh serta menjaga tubuh dari serangan penyakit.

Proses tersebut berlangsung terus menerus selama kehidupan manusia. Untuk melakukan fungsi tersebut, maka melibatkan berbagai organ dalam tubuh. Darah merupakan jaringan ikat yang berwujud cair dan tersusun atas dua komponen utama, yaitu plasma dan elemen seluler.

1.  Plasma Darah

Plasma darah merupakan cairan ekstra seluler yang mengandung zat-zat terlarut, sedangkan elemen seluler tersusun atas sel-sel darah. Apabila darah yang terdapat terdapat di dalam tabung disentrifugasi (diputar) dengan kecepatan tertentu,sel-sel darah akan berada pada bagian dalam sedangkan plasma berada pada bagian atas.

Darah tersusun atas 55 % plasma darah dan 45 % sel-sel darah. Secara normal, lebih dari 99 % sel-sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit) dan sisanya tersusun oleh sel darah putih (leokosit), dan keping darah (trombosit).

Baca juga : Fakta Unik dan Menarik Tentang Darah Manusia Untuk Anda Ketahui.

Plasma darah tersusun atas 91,5% air (H2O) dan 8,5% zat-zat terlarut. Zat-zat lain yang terlarut dalam plasma darah, antara lain sari makanan, mineral, hormon, antibodi, dan zat sisa metabolisme (urea dan karbon dioksida).

2. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah berbentuk bulat pipih dan bagian tengahnya cekung (bikonkaf). Sel darah merah tidak memiliki inti sel. Warna merah pada sel darah merah disebabkan adanya hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah.

Hemoglobin merupakan suatu protein yang mengandung unsur besi. Sel darah merah paling banyak terdapat dalam darah. Sekitar 1 mm3 (kurang lebih satu tetes) darah terdiri atas 4 – 5 juta sel darah merah.

Sel darah merah
Sel darah merah

Ketika dalam paru-paru, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap oksigen, sehingga akan mengikat oksigen membentuk kompleks oksihemoglobin. persamaan reaksi kimianya adalah sebagai berikut.

Hb    + O2 —> HbO2

Ketika sel darah merah berada dalam jaringan tubuh, maka daya ikat hemoglobin terhadap oksigen berkurang, sehingga oksigen terlepas dari hemoglobin menuju sel-sel darah. Sebaliknya, pada saat berada dalam jaringan tubuh, daya ikat hemoglobin terhadap karbondioksida menjadi tinggi.

Karbondioksida akan berikatan dengan hemoglobin, sehingga membentuk karbaminohemoglobin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Hb + CO2 —> HbCO2

Sel darah merah yang mengandung karbaminohemoglobin selanjutnya menuju paru-paru. Di dalam paru-paru, karbondioksida dilepaskan untuk dikeluarkan dari tubuh.

Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum merah tulang. Akan tetapi, selama di dalam kandungan, sel darah merah dibentuk di hati dan limpa. Sel darah merah hanya berusia sekitar 100 – 120 hari saja.

Sel yang telah tua akan dihancurkan oleh sel makrofag di dalam hati dan limpa. Selanjutnya, di dalam hati, hemoglobin akan dirombak dan dijadikan bilirubin (pigmen kuning pada empedu).

3.  Sel Darah Putih (Leukosit)

Berbeda dengan sel darah merah, maka sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat amoeboid dan mempunyai inti. Jumlah sel darah putih tidak sebanyak jumlah sel darah merah. Setiap 1 mm3 darah mengandung 8.000 sel darah putih.

Baca juga : Berbagai Gangguan Sistem Peredaran Darah Manusia dan Upaya Pencegahannya.

Sel darah putih
Sel darah putih

Fungsi utama dari sel darah putih adalah untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jika di dalam darah terjadi peningkatan jumlah leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi di bagian tubuh.

Apabila jumlah leukosit berada sampai di bawah 6.000 sel per mm3 darah disebut sebagai kondisi leukopenia. Sedangkan jika jumlah leukosit melebihi normal  (di atas 9.000 sel per 1 mm3), maka disebut leukositosis.

Berdasarkan ada dan tidaknya granula (butir-butir kasar) dalam sitoplasma leukosit, maka leukosit dalam dibedakan menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinfil, basofil, dan netrofil. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.

Sel darah putih
Sel darah putih

4.  Keping Darah (Trombosit)

Trombosit (keping darah) memiliki bentuk yang beraneka ragam, yaitu bulat, oval, dan memanjang. Jumlah sel keping darah pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel per 1 mm3 darah.

Umur keping darah terbilang cukup singkat, yaitu 5 sampai 9 hari saja. Keping darah sangat berhubungan dengan proses pengeringan luka, sehingga sering disebut sebagai sel darah pembeku.

Sesaat setelah bagian tubuh terluka maka trombosit akan pecah arena bersentuhan dengan permuaan kasar dari pembuluh darah yang luka. Di dalam trombosit, terdapat enzim trombokinase atau tromboplastin.

Enzim tromboplastin akan mengubah protrombin (calon trombin) menjadi trombin karena pengaruh ion kalsium dan vitamin K dalam darah. Trombin akan mengubah fibrinogen (proten darah) menjadi benang-benang fibrin. Benang-benang fibrin tersebut akan menjaring sel-sel darah, sehingga luka tertutup dan darah tidak menetes lagi.

Proses Pembekuan Darah
Skema proses pembekuan darah

Baca juga : Sistem Penggolongan Darah Pada Manusia Lengkap Dengan Gambarnya.

Demikian ulasan mengenai struktur dan fungsi sistem peredaran darah pada manusia. Semoga bermanfaat.

 

Tinggalkan Balasan