Sambutan Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2019 (Gubernur DIY)
Amongguru.com. Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 diselenggarakan secara nasional dengan mengambil tema “Pancasila sebagai Dasar Penguatan Karakter Bangsa Menuju Indonesia Maju dan Bahagia”.
Karena bertujuan untuk mengenang sebuah peristiwa bersejarah, maka sifat upacara hari Kesaktian Pancasila tahun 2019 ini adalah sederhana, khidmat, dan tertib.
Pedoman penyelenggaraan Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2019 sudah disusun sebagai acuan upacara, mulai dari tingkat sekolah hingga nasional.
Berikut adalah pokok susunan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 sesuai pedoman penyelenggaraannya.
1. Penghormatan umum kepada Inspektur Upacara, dipimpin oleh Komandan Upacara
2. Laporan Komandan Upacara, upacara siap
3. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Inspektur Upacara
4. Pembacaan Teks Pancasila
5. Pembacaan Naskah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
6. Pembacaan Naskah Ikrar
7. Pembacaan Naskah Doa
8. Andhika Bhayangkari (menyesuaikan)
9. Laporan Komandan Upacara, upacara selesai
10. Penghormatan umum
Sambutan Gubernur DIY dalam Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2019
Berikut ini adalah sambutan Upacara Hari Kesaktian Pancasila tahun 2019 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sambutan tersebut akan dibacakan pada penyelenggaraan Upacara Hari Kesaktian Pancasila hari Selasa, tanggal 1 Oktober 2019.
Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta
UPACARA PERINGATAN
HARI KESAKTIAN PANCASILA TAHUN 2019
Yogyakarta, 1 Oktober 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Hadirin dan Para Peserta Upacara Sekalian
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja puji syukut kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada pagi hari ini kita masih diberi kesempatan guna melaksanakan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Globalisasi berdampak pada terjadinya perubahan sosial secara besar-besaran pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan sosial yang terjadi tersebut belum tentu “kongruen” dengan kemajuan sosial suatu bangsa.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia dan segenap warganya harus mengantisipasi dampak dari perubahan sosial yang tidak kongruen, yaitu dengan berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila sebagai sebuah ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, semestinya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi landasan nilai dan prinsip yang terus mengalir bagi setiap generasi.
Namun dalam perjalanannya, pembangunan karakter bangsa Indonesia yang telah dilaksanakan sejak lama sering mengalami hambatan-hambatan dengan adanya sejumlah kasus yang melibatkan kehidupan antar umat beragama sekaligus masih banyaknya kekerasan atas nama golongan dan kelompok tertentu di Indonesia.
Pancasila masih memiliki relevansi dan kesaktian sebagai landasan pembangunan dan penguatan karakter bangsa Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa mandiri di era globalisasi.
Berfokus pada penanaman nilai-nilai Pancasila yang secara aktif dilakukan oleh seluruh komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah, maka aspek penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai landasan penguatan dan pembentukan karakter sedini mungkin adalah merupakan tanggung jawab kolektif bangsa.
Pemerintah Indonesia bersama seluruh elemen masyarakat lainnya terus berusaha untuk membangun dan menguatkan karakter bangsa Indonesia agar menjadi bangsa mandiri di era global.
Pembangunan dan penguatan karakter bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila bertujuan untuk membuat bangsa Indonesia mencapai bangsa yang mandiri sesuai dengan cita-cita Pancasila.
Hal ini kiranya sejalan dengan tema Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini, yaitu “Pancasila sebagai Dasar Penguatan Karakter Bangsa Menuju Indonesia Maju dan Bahagia”.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Kondisi ini dapat terjadi karena dalam perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia, seperti adanya keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda. Kemajemukan ini mutlak harus dipersatukan melalui nilai dasar Pancasila.
Hadirin dan Para Peserta Upacara Sekalian
Untuk “Merajut Kembali Persatuan Indonesia”, secara metaforis di dada setiap manusia Indonesia tersemat simbol Garuda Pancasila dengan kaki mencengkeram kuat sesanti Bhineka Tunggal Ika.
Meski memiliki keragaman etnik, agama, dan keyakinan, budaya dan tradisi, serta bahasa yang paling kaya sekaligus problematik di dunia, kita tetaplah “Satu Nusa Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia” dalam bingkai NKRI yang tidak boleh diubah, karena sudah menjadi realitas final.
Tetapi pertanyaannya: Apakah cukup secara simbolis seperti itu? Tentu saja harus diikuti upaya-upaya “Aktualisasi Pancasila”. Bukan sebaliknya melambungkan gagasan dan membawanya ke ruang filosofis-utopi dan nostalgia.
Tetapi, ideal-binding itu diubah menjadi actual-forces di dunia nyata dengan merekatkan perbedaan menjadi satu kekuatan, bukan konflik. Ibaratnya, meski jari-jari kita itu memiliki ukuran dan fungsi yang berbeda-beda, tetapi dalam satu genggaman tangan, akan memiliki kekuatan bangsa yang dahsyat.
Sangat disayangkan kita memiliki sedikit orang yang memiliki perhatian terhadap tuntutan penerapan Pancasila sebagai idiologi praktis. Prof. Mubyarto adalah contoh cendikia yang peduli dalam mengembangkan Ekonomi Pancasila.
Namun, pemikiran ini miskin responsi dari kalangan intelektual lainnya. Sementara Koentowidjojo pergi dengan meninggalkan sejumlah ‘PR’ untuk mengembangkan Pancasila sebagai ideologi praktis.
……………………
Download sambutan upacara Hari Kesaktian Pancasila 2019 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada link berikut.
Sambutan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019 (Download)
Baca : Download Pedoman Upacara Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2019
Sources : jogjaprov.go.id.
Demikian sambutan Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2019 (Gubernur DIY). Semoga bermanfaat.