Perbedaan Asesmen Diagnosis Kognitif dan Non Kognitif PJJ Masa Pandemi

Perbedaan Asesmen Diagnosis Kognitif dan Non Kognitif PJJ Masa Pandemi

Amongguru.com. Asesmen adalah bagian terpadu dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Asesmen akan memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk guru, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.

Asesmen dilakukan sesuai fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaannya, agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.

Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.

Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya.

Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Secara khusus, asesmen pembelajaran oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan remidial.

Asesmen Diagnosis

Asesmen diagnosis merupakan asesmen yang dilakukan guru di awal pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk melihat kompetensi dan memonitor perkembangan belajar peserta didik dari aspek kognitif maupun non kognitif.

Asesmen diagnosis yang dilakukan di awal pembelajaran jarak jauh, dilakukan untuk melihat kondisi siswa baik secara nonkognitif maupun secara kognitif.

Asesmen diagnosis di awal pembelajaran dapat menjadi salah satu penguatan terhadap prinsip “teaching at the right level” (pembelajaran sesuai dengan tingkat), khususnya pada pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 berdampak pada beberapa sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor pendidikan. Untuk membatasi penyebaran dan penularan virus Covid-19 secara luas di satuan pendidikan, Kemendikburistek  mengambil kebijakan penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR).

Kebijakan BDR diyakini dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan nonkognitif siswa yang selanjutnya dapat mempengaruhi wajah pendidikan di masa depan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan asesmen diagnosis.

Hasil asesmen diagnosis selanjutnya digunakan untuk memetakan kebutuhan belajar sehingga guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kondisi peserta didik.

Hal penting yang selalu harus menjadi perhatian utama guru adalah kemampuan dan keterampilan peserta didik di dalam sebuah kelas yang berbeda-beda.

Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang peserta didik yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.

Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua peserta didik di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didik.

Perbedaan Asesmen Diagnosis Kognitif dan Non Kognitif

Asesmen diagnosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asesmen diagnosis kognitif dan asesmen diagnosis non kognitif.

Berikut ini penjelasan mengenai perbedaan asesmen diagnosis kognitif dan non kognitif tersebut.

1. Asesmen Diagnosis Kognitif

Asesmen diagnosis kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar peserta didik pada topik sebuah mata pelajaran. Asemsn diagnosis kognitif dapat memuat satu atau lebih topik mata pelajaran.

Misalnya : asesmen diagnosis kognitif pada mata pelajaran Matematika kelas V SD dapat memuat topik penjumlahan atau pengurangan saja, atau semua topik pada semua mata pelajaran Matematika.

Asesmen Diagnosis Kognitif merupakan asesmen diagnosis yang bisa dilaksanakan secara rutin, untuk awal ketika guru akan mulai memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, di akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik tertentu, dan waktu yang lainnya selama semester (di setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester).

Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.

Tujuan

Tujuan asesmen diagnosis kognitif adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa

b. Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa

b. Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi di bawah rata-rata.

Tahapan

Asesmen diagnosis kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan, pelaksanaan, dan  tindak lanjut.

Persiapan

a. Buat jadwal pelajaran asesmen.

b. Identifikasikan materi asesmen berdasarkan penyederhanaan KD yang tersedia.

c. Susun 10 (sepuluh) soal sederhana :

  • 2 (dua) soal sesuai kelasnya dengan topik semester 1
  • 6 (enam) soal dengan  topik satu kelas di bawah untuk semester 1 dan 2
  • 2 (dua) soal dengan topik dua kelas di bawah, untuk semester 2

Pelaksanaan

Berikan soal asesmen untuk semua siswa di kelas, baik secara tatap muka atau pun Belajar Dari Rumah.

Tindak Lanjut

a. Lakukan diagnosis penilaian hasil asesmen.

b. Berdasarkan hasil diagnosis penilaian, bagi siswa menjadi 3 (tiga) kelompok :

  • siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru kelas;
  • siswa 1 semester di bawah rata-rata, akan dititipkan ke guru kelas di bawah atau membuat kelompok belajar yang didampingi orangtua;
  • Siswa 2 semester di bawa rata-rata akan dititipkan ke guru kelas di bawah atau membuat kelompok belajar yang didampingi orangtua, anggota keluarga, atau pendamping lainnya yang relevan.

c. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran yang baru.

d. Ulangi proses yang sama disetiap awal pembelajaran selama masa pandemi untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran sesuai tingkat kemampuan siswa.

2. Asesmen Diagnosis Non Kognitif

Asesmen diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional dari peserta didik sebelum memulai pembelajaran.

Dengan demikian, pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif lebih menekankan pada kesejahteran psikologis dan emosi peserta didik.

Asesmen non kognitif dilakukan untuk menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya.

Terkait persiapan dan pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk  bertanya dan membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif dan cukup mendalam.

Tujuan

Asesmen diagnosis nonkognitif di awal pembelajaran diberikan pada siswa untuk mengetahui:

a. Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa

b. Aktivitas siswa selama belajar di rumah

c. Kondisi keluarga siswa

Tahapan

Asesmen diagnosis non kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan, pelaksanaan, dan  tindak lanjut.

Persiapan

a. Siapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi.

b. Buat pertanyaan kunci, seperti :

  • Apa saja kegiatan kamu selama Belajar Dari Rumah?
  • Hal apa yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan?
  • Apa harapan kamu?

Pelaksanaan

a. Berikan gambar emosi kepada siswa.

b. Minta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah dengan bercerita, membuat tulisan, atau menggambar.

Tindak Lanjut

a. Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata.

b. Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika diperlukan.

3. Ulangi pelaksanaan asesmen nonkognitif pada awal pembelajaran.

Demikian ulasan mengenai perbedaan asesmen diagnosis kognitif dan non kognitif dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan