Evaluasi Keberhasilan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah

Evaluasi Keberhasilan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah

Amongguru.com. Evaluasi merupakan bagian penting dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan sejauh mana kemajuan hasil pendidikan.

Melalui evaluasi tersebut, maka kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, dapat diketahui titik kelemahan penyelenggaraan pendidikan untuk segera dicarikan pemecahannya.

Praktik Pendidikan di Indonesia

Praktik pendidikan di Indonesia, cenderung berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan kemampuan intelegensi (intelligence quotient), tetapi kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ).

Pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan, hasil tes, atau pun hasil ujian.

Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi baik adalah yang memperoleh nilai hail ulangan atau ujian tinggi.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka sekarang pembelajaran di sekolah harus juga berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial), karena hal ini sangat penting dalam pembentukan karakter peserta didik.

Pendidikan berkarakter bertujuan untuk mencetak peserta didik yang mampu bersaing, memiliki etika, bermoral, sopan santun, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat.

Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mental agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan.

Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain.

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.

Di dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri.

Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai.

Pendidikan karakter belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam : Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (Intellectual Development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity Development).

Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada desain tersebut.

Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Sehingga, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Demikian pentingnya pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran di sekolah, maka evaluasi keberhasilan penerapan pendidikan karakter di sekolah diperlukan untuk mengukur kualitas hasil pendidikan juga harus dilakukan dengan berpijak pada grand design pendidikan karakter itu sendiri.

Evaluasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Keberhasilan program evaluasi pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap jenjang pendidikan.

Sementara ini, banyak guru yang kurang memahami bentuk evaluasi dalam pembelajaran berbasis pendidikan karakter, baik evaluasi secara makro (program) maupun evaluasi mikro (kelas).

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui sistem penilaian yang baik dan tidak bias.

Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran.

Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

Di dalam kurikulum 2013, jelas dituntut adanya muatan pendidikan berkarakter. Tetapi penerapannya tidaklah mudah, sebab banyak tenaga pendidik yang tidak memahami bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam pembelajaran.

Mengingat pendidikan berkarakter lebih mengarah kepada ketrampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata tetapi tetap bisa dirasakan.

Akibat yang dapat dirasakan antara lain perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan sebagainya.

Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan pendidikan berkarakter tidak mampu dievaluasi secara tekstual.

indikator-indikator pendidikan berkarakter lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya.

Pengembangan karakter yang dimiliki oleh setiap individu tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan karakter yang dimiliki masing-masing individu juga berbeda.

Bentuk Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter pada dasarnya mencakup dua sasaran pokok, yaitu evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Evaluasi kelas adalah evaluasi hasil belajar yang dicapai siswa.

Pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran berbasis keterampilan sosial seperti halnya pendidikan berkarakter menggunakan sistem penilaian autentik (authentic assessment).

Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih tidak hanya mengukur pencapaian akademik, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa.

Bahkan perlu diupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian peserta didik sekaligus. Teknik penilaian dan bentuk instrumen dalam penilaian pembelajaran berkarakter dapat dililhat disini.

Tugas-tugas penguatan (terutama pengayaan) diberikan untuk memfasilitasi peserta didik belajar lebih lanjut tentang kompetensi yang sudah dipelajari dan internalisasi nilai lebih lanjut.

Bentuk tugas tersebut antara lain dapat berupa PR yang dikerjakan secara individu dan/atau kelompok baik yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat ataupun panjang (lama) yang berupa proyek.

Tugas-tugas tersebut selain dapat meningkatkan penguasaan yang ditargetkan, juga menanamkan nilai-nilai.

Supervisi dan Monitoring

Di dalam evaluasi program bernuansa pendidikan berkarakter, maka kegiatan supervisi dan monitoring adalah dua hal yang harus dilakukan.

Kegiatan supervisi dan monitoring bertujuan untuk memberikan solusi ketika terjadi permasalahan di lapangan.

Keuntungan atau tujuan khusus supervisi adalah untuk memberikan solusi, sedangkan monitoring untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan.

Bahkan sangat mungkin untuk tujuan tertentu (misalnya pembinaan) antara supervisi, monitoring, dan evaluasi dapat berjalan secara bersama-sama.

Di dalam kerangka pelaksanaan supervisi dan monitoring, program dan kegiatan yang bernuansa penanaman nilai-nilai karakter, dapat dikembangkan berbagai macam instrumen sesuai dengan tujuan supervisi dan monitoring.

Salah satu model instrumen yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan supervisi dan monitoring ini dapat dilihat disini.

Evaluasi pelaksanaan dan hasil-hasil dari program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter dilakukan oleh sekolah sebagai evaluasi diri dan oleh pihak lain terkait, yaitu dari Dinas Pendidikan .

Waktu evaluasi dilaksanakan pada saat akhir pelaksanaan program dan kegiatan. Instrumen dapat dikembangkan dalam evaluasi ini dengan mengacu kepada kisi-kisi yang dikembangkan dalam program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter.

Dengan kata lain, instrumen ini untuk mengukur sejauhmana ketercapaian tujuan. Model-model instrumen yang dikembangkan antara lain bersifat terbuka dan tertutup.

Teknik evaluasi yang dipergunakan lebih dominan dengan cara pengamatan atau observasi. Hal yang akan dievaluasi termasuk hasil-hasil perilaku atau karakter orang (selain mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan).

Baca juga :

Demikian informasi tentang Evaluasi Keberhasilan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah di sekolah.

Semoga dapat menjadi gambaran dan pencerahan bagi guru terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami dalam melakukan penilaian karakter di kurikulum 2013 ini.

Tinggalkan Balasan