Bodo Kupat Tradisi Unik Menyambut Lebaran Keturunan Jawa di Suriname

Bodo Kupat Tradisi Unik Menyambut Lebaran Keturunan Jawa di Suriname

Amongguru.com. Suriname dikenal dengan sebutan “satu negara empat benua”, karena di negara tersebut hidup orang-orang keturunan Jawa, Belanda, Afrika, dan Amerika.

Negara Suriname memiliki kedekatan secara psikologis dengan Indonesia, karena sebagian penduduk Suriname merupakan keturunan dari suku Jawa yang pada masa penjajahan Belanda dikirim ke negeri tersebut sebagai kuli.

Saat ini, penduduk yang merupakan keturunan Jawa ada kurang lebih 15 persen dari total jumlah seluruh warga Suriname.

Suasana kehidupan warga keturunan Jawa di Suriname juga sangat mirip dengan keseharian masyarakat Jawa di Indonesia.

Di sana banyak didirikan masjid dan beberapa warung yang berada di pinggir-pinggir  jalan raya. Makanan dan minuman khas Jawa juga tersedia di warung-warung tersebut.

Selain mampu menggunakan bahasa Belanda, penduduk keturunan Jawa di Suriname aktif menggunakan bahasa ibu, yaitu Jawa Ngoko, yang mereka gunakan untuk berkomunikasi di rumah maupun dalam kelompok sosial mereka.

Beberapa budaya dan tradisi Jawa masih dipertahankan di Suriname, salah satunya adalah tradisi dalam menyambut lebaran.

Penduduk Suriname keturunan Jawa memiliki tradisi turun temurun yang unik dalam menyambut lebaran setiap tahunnya.

Tradisi tersebut memiliki kesamaan dengan di Indonesia, antara lain melakukan takbir keliling, tabuh bedug, dan membunyikan petasan.

Di Suriname, penetapan hari lebaran dilakukan menggunakan perhitungan Primbon Jawa peninggalan nenek moyang sejak ratusan tahun yang lalu.

Suriname merupakan negara di benua Amerika yang menyatakan Idul Fitri sebagai hari libur Nasional, sehingga suasana kemeriahan dalam menyambut lebaran akan sangat terasa di sana.

Seperti halnya di Indonesia, pada saat hari lebaran tiba, warga Suriname akan menjalankan salat Ied di lapangan pusat kota. Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan saling bersilaturahmi dan bersalam-salaman.

Bodo Kupat Tradisi Unik Menyambut Lebaran Keturunan Jawa di Suriname

Sehabis bersalam-salaman, mereka akan menikmati hidangan makanan yang sudah dipersiapkan.

Tradisi Bodo Kupat di Suriname

Makanan khas yang biasa disiapkan ketika lebaran, yaitu kupat, lontong opor, soto, serta aneka jajanan khas Jawa seperti gethuk, jadah, waji, krupuk, dan peyek.

Anak-anak kecil yang ikut bersilaturahmi dengan kedua orangtua mereka, akan diberi uang recehan untuk membeli jajan. Tradisi dalam menyambut lebaran ini oleh penduduk Suriname disebut dengan Bodo Kupat.

Bodo Kupat merupakan tradisi silaturahmi ke rumah-rumah masyarakat keturunan Jawa di Suriname. Tradisi ini biasanya dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti balap perahu, dan acara hiburan berupa musik, dansa, serta pertunjukkan Jaran Kepang di Balai Desa.

Penduduk keturunan Jawa di Suriname memegang teguh tradisi kupat (ngaku lepat) pada saat memperingati Bodo Kupat dalam bentuk saling bermaaf-maafan dan berbagi.

Selama lebaran, mereka membuka pintu rumah untuk siapa saja yang ingin bersilaturahmi dan saling memaafkan, sambil memberikan hidangan khas lebaran yang sudah dipersiapkan.

Tidak seperti di Indonesia yang identik dengan memakai baju baru, maka orang-orang keturunan Jawa di Suriname dalam menyambut Idul Fitri tidak memiliki kebiasaan harus membeli baju baru. Baju bukan kebutuhan primer ketika lebaran, karena di Suriname harga baju relatif mahal.

Penduduk Suriname tidak konsumtif ketika lebaran. Mereka lebih memilih menyiapkan hidangan makanan dan minuman lebaran daripada harus membeli baju yang harganya bisa tiga atau empat kali lipat dari harga baju di Indonesia.

Baca juga :

Pada malam lebaran, ada tradisi takbir keliling di Suriname. Penduduk Suriname akan mengendarai sepeda motor atau mobil dan berputar-putar disekitar kota untuk melakukan takbir keliling.

Warga juga melakukan tabuh bedug semalaman di masjid-masjid dengan diiringi kumandang suara takbir. Tidak lupa, ada bunyi petasan dan penyalaan kembang api sebagai tanda datangnya Idul Fitri.

Tinggalkan Balasan