Bajakah, Tanaman Liar Pedalaman Kalimantan Pembasmi Sel Kanker

Bajakah, Tanaman Liar Pedalaman Kalimantan Pembasmi Sel Kanker

Amongguru.com. Bajakah menjadi tanaman paling banyak dicari beritanya pada beberapa hari ini. Tanaman ini mendadak populer, karena diduga mampu membasmi sel-sel kanker berbahaya.

Adalah tiga orang siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya yang telah berhasil menjadikan bajakah sebagai bahan pembicaraan saat ini.

Mereka bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani, yang semuanya merupakan siswa SMA Negeri 2 Kota Palangkaraya.

Penemuan ketiga siswa tersebut tentang pengobatan kanker menggunakan bajakah dalam bentuk serbuk telah menjadikan tanaman ini viral.

Atas inovasinya, mereka berhasil meraih medali emas dalam lomba karya ilmiah internasional pada kompetisi World Invention Creativity (WICO) pada tanggal 25 Juli 2019 di Seoul, Korea Selatan.

Inovasi tersebut tentu menjadi berita yang menggembirakan, karena selama ini penyakit kanker belum ada dapat disembuhkan secara cepat menggunakan obat medis apa pun.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kanker adalah salah satu jenis penyakit mematikan.  Gejala awal kanker tidak dapat dideteksi. Secara medis, kanker akan terdeteksi pada saat sudah menyebar ke seluruh tubuh.

Baca : Kanker Penyakit dengan Gejala Sulit Terdeteksi Sejak Dini

Pertumbuhan sel kanker yang tidak normal, menjadikan sel kanker cepat menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk sebuah jaringan baru dalam tubuh yang dinamakan tumor.

Apabila tidak segera diberi tindakan medis, maka pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali ini akan beresiko kematian bagi penderitanya.

Sekilas tentang Tanaman Bajakah

Bajakah dengan nama latin Spatholobus littoralis Hassk adalah tanaman merambat asli dari Indonesia yang berasal dari hutan di pedalaman Kalimantan Tengah.

Tanaman Bajakah tumbuh merambat secara liar dengan batang kokoh dan memiliki ukuran yang cukup besar.

Tanaman ini dapat merambat dengan ketinggian mencapai lebih dari lima meter menuju puncak pohon.

Akar bajakah berada di dalam tanah yang dialiri air gambut bening kecoklatan, ciri khas dari hutan Kalimantan.

Baca : Kersen Buah Mungil Pencegah Tumor dan Kanker Berbahaya

Bajakah banyak ditemukan pada daerah hutan yang rimbun dengan sinar matahari yang sedikit menembus area tersebut.

Bajakah Sebagai Obat Kanker Suku Dayak

Suku Dayak sudah mengenal bajakah sejak lama. Mereka memanfaatkan bajakah sebagai obat herbal alami untuk menyembuhkan beberapa penyakit berbahaya, salah satunya adalah kanker. Bajakah juga sering dimanfaatkan oleh suku Dayak sebagai obat luka.

Berdasarkan cerita yang berkembang, penemu tanaman bajakah untuk pengobatan kanker adalah suku Dayak asli yang bernama Daldin. Penemuan tanaman ini pada sekitar tahun 1970 sampai 1980.

Ibu Daldin menderita kanker payudara stadium 4, sehingga beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan nanah.

Daldin kemudian berusaha mencari obat alami dan menemukan tanaman bajakah di tengah hutan belantara.

Selama satu minggu rutin meminum air rebusan tanaman bakalah, ternyata kondisi kesehatan ibunya Daldin semakin membaik. Bahkan, satu bulan kemudian dinyatakan sembuh total dari penyakitnya.

Mengandung Sekitar 40 Zat Antioksidan Tinggi

Tanaman bajakah mengandung kurang lebih 40 zat yang mampu membunuh sel-sel kanker dengan efektif.

Kandungan antioksidan pada bajakah sangat tinggi melebihi antioksidan beberapa jenis tanaman lainnya.

Zat yang ada dalam tanaman bajakah dan berperan penting dalam mencegah berkembangnya sel-sel kanker, antara lain senyawa flavonik, saponin, tanan, dan fenolik.

Baca : 10 Jenis Kanker Mematikan yang Perlu Anda Ketahui

Sebelum dikenal secara luas dan dilakukan uji laboratorium, bajakah sering diidentikkan sebagai tanaman mistis. Anggapan mistis ini karena tanaman tersebut tumbuh terbatas dan hanya dapat ditemukan dalam hutan belantara.

Dapat Diolah Dalam Bentuk Serbuk

Warga suku Dayak biasa mengonsumsi bajakah dalam bentuk rebusan serbuk. Mereka memanfaatkan tanaman bajakah untuk obat herbal alami dengan cara mengolahnya terlebih dahulu.

Rebusan bajakah memiliki warna dan rasa yang mirip dengan teh, sehingga dapat diminum setiap hari.

Setelah dipotong-potong, bajakah kemudian dikeringkan selama satu sampai dua hari di bawah terik matahari.

Setelah dipastikan kering, selanjutnya bajakah ditumbuk hingga lembut menjadi serbuk. Bubuk ini dapat direbus dengan air biasa selama sekitar 30 menit untuk dikonsumsi secara rutin.

Tinggalkan Balasan